Sabtu, 16 April 2011

fortunately me

kenapa harus aku? Kenapa nggak orang lain aja yang musti ngerjain PR setiap malam, mesti sikat gigi sebelum tidur, musti cium pipi mama dan papa sebelum tidur, aku bosan dengan semua yang aku lakukan setiap hari! Gerutu Moel—gadis 8 tahun yang sekarang lagi mogok melakukan apa pun.
Dia ngomong ngaco gitu karena dia belum ngerjain PR aljabar, dan yang paling ia benci ialah ia harus mengumpulkan tugas itu sehari sebelum malam natal. Bayangkan! Ada PR sehari sebelum malam natal. Itu pasti sangat memuakkan.
Kini—Anastasia Moel hanya memandangi buku aljabarnya sambil memandang ke arah luar jendela kamarnya yang tergolong kecil itu, berharap seseorang dapat menolongnya. Andai muncul pahlawan seperti sailormoon yang dapat membawanya ke bulan, atau robot Gundam yang dapat membawanya ke luar angkasa, atau setidaknya penyihir yang bisa membawanya terbang tinggi sambil dapat menikmati indahnya bumi yang dilihat dari ketinggian, tanpa perlu memikirkan PR aljabar yang memuakkan itu.

Tapi—kayaknya ada penolong yang beneran datang.
Tapi nggak secantik Usagi di sailormoon, atau sekeren robot-robot gundam atau secanggih penyihir dengan sapu terbang.
Yakni muncul seorang gadis kecil yang sepantaran dengan Moel dan tiba-tiba muncul dari jendela kamarnya di lantai dua.
“Hei.. Hei.. Kenapa hatimu murung, lusa malam natal—apa yang kamu pikirkan? Harusnya tuh ya` kamu bahagia karena keselamatan akan segera datang. Bukannya malah bingung..” oceh gadis aneh yang menyerobot masuk tanpa seijin Moel. Gadis itu berambut cokelat, berpakaian jubah merah disertai bulu-bulu putih seperti santa Claus. Bener deh.. Kayak Santa Claus.
“Orang aneh..! pergi, sebelum aku panggil Mum..!!”
“Tenang, tenang, aku tau kok masalah kamu.” Anak itu duduk dengan tidak sopan di meja belajar Moel sambil bertolak pinggang seakan melawan. Sedang Moel terjatuh dari kursi saking shock-nya melihat seseorang bisa masuk lewat jendela di lantai dua.
“Tahu masalah aku? Emangnya kamu Tuhan—kurang ajar banget sih, kamu..”
“Ya aku bukan Tuhanlah—masa cewe ceroboh macam aku ini Tuhan. Tapi—gue punya relasi sama Tuhan, karena… aku..”
Moel mendengarkan kata-kata anak itu dengan seksama.
“Karena aku—anaknya Santa Claus..” mendengar kata-kata bahwa gadis ceroboh yang berpakaian mirip Santa Claus itu memang anaknya Santa Claus, Moel tertawa terpingkal-pingkal sampe perutnya goyang-goyang.
“Jangan tertawa ah.. Kamu itu orang ke 7958 yang nggak percaya aku ini anaknya si kakek gendut berjubah merah yang dengan baik hati membagi-bagikan hadiah saat malam natal itu. Tapi—memang betul lhoo..” kata gadis itu sambil mengacung-acungkan tangan agar Moel percaya.
“Oh ya? Kenapa aku harus percaya omonganmu?” Moel masih tak percaya.
“Ya memang itu sebenarnya—beneran deh,”
“Ya udah. Yakinkan aku bahwa kamu memang anaknya Santa Claus..” gadis yang mengaku anaknya kakek baik hati itu berpikir. “Tahun lalu kamu diberi jam kukuk bergambar Santa Claus dan rusa rusa kutub. Ya`kan..?” Moel ternganga. Memang benar itu hadiah yang diterimanya tahun lalu. Masih bagus kok jam kukuknya.
“Dan kamu diberi sedikit batu bara, karena sesaat sebelum malam natal kamu memukul anjing tetanggamu. Ngg… siapa itu pemiliknya.. Ooh.. Aku lupa.. Step.. Ahh.. aku hampir ingat.. Siapa ya.. Namanya seperti pemain sepak bola..” Moel akhirnya harus mengakui bahwa memang anak sok tahu itu memang anaknya Santa Claus. Buktinya udah cukup jelas.
“Namanya Stephenson.. aku mukul anjingnya karena anjing bodoh itu menarik jemuran mama.” Akunya.
“Nah, sekarang kamu percaya`bukan?” Moel mengangguk.
“Mau kuberi bocoran, mungkin tahun ini kamu akan mendapat lebih banyak batu bara dibanding tahun lalu—habis sekarang aja kamu udah menggerutu Cuma gara-gara nggak bisa aljabar..”
“Kau menyalahkanku..? Itu bukan salahku. Salahkan saja Albert Einstein yang kurang kerjaan mencari ini itu yang sebenarnya nggak terlalu diperlukan dalam menjalani hidup. Dan pria itu telah menyiksaku dengan segala temuan-temuannya…”
Dua anak perempuan yang baru aja kenalan itu kini memandangi langit lewat jendela kamar Moel. Lalu gadis superheboh—yang ngaku-ngaku anak Santa Claus itu teriak-teriak lagi.
“So—What do you waiting for..? malam ini kamu harus mengikutiku dan akan kutunjukkan banyak hal menarik…” gadis kutub itu menarik-narik tangan Moel dengan nada amat bersemangat. Belum puas gadis kutub juga menggoncangkan badan Moel sampai perut Moel menjadi amat mual dibuatnya.
“Kamu mau kemana, Moel.. Jawab.. Moel.. Jawab..!!!” gadis kutub itu masih menggoncang-goncangkan badan Moel. Karena Moel masih mual dia hanya menjawab, “Udah ke bulan sajalah…”

TRRRRIIIINNG……

Ketika Moel membuka mata, kini yang dihadapannya ialah Sailormoon. Yakni Usagi yang berubah bentuk menjadi sailormoon. Tapi bedanya di kartun yang biasa dilihat Moel, Usagi amat baik—tapi yang dihadapannya, mata Usagi menunjukkan kemarahan.
“Ahhh…Sailormoon..” dicobanya untuk mencairkan suasana.
“Musuh darimana kamu ini..? Mau merebut terangnya bulan ya… Ngaku.. Tidak akan aku biarkan. Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu..” tongkat yang biasa dipakai Sailormoon diacungkan ke leher Moel.
“Bukan, aku bukan kaki tangan kegelapan. Bener deh,”
Kayaknya ucapan itu diacuhkan Usagi, Usagi justru lari mengejar Moel. Mereka malah mirip main kejar-kejaran. “Tolong… Tolong… Usagi kan baik—kok disini justru malah mirip Lucifer… Tolong..”
Cukup lama Moel berlari dia baru sadar bahwa dia memang benar-benar di bulan. Bentuk bulannya bukan bulat tapi berbentuk bulan sabit. Bulan tempatnya sedang berada sekarang—dapat melihat bumi dari jarak yang nggak terlalu jauh.. bahkan Moel dapat melihat rumahnya dari bulan.
Dan dari sana—ia melihat seorang gadis menangis disalah satu rumah dibumi. Moel kontan berhenti dari larinya dan berkata, “Ada seorang anak menangis..” Usagi juga berhenti mengejar Moel. “Dimana, dimana?” “Itu..”
Usagi kemudian menunduk ternyata ia mengambil sebongkah batu dari bulan dan dengan tongkat dilemparkannya bongkahan batu bulan itu ke arah anak yang menangis. Seperti sihir anak itu kembali tertawa. Moel terkejut sekali dengan pemandangan itu.
“Bagaimana mungkin?”
“Itu memang tugasku anak kecil. Ternyata kamu bukan orang jahat. Cuma anak nakal yang nyasar ke bulan.” Kata Usagi. Ia mendekati Moel dan dirangkul hangat. “Memang siapa musuhmu sekarang?”
“Orang yang hendak mengambil terang bulan ini. Bumi masih membutuhkan bulan. Anak-anak juga membutuhkan bulan untuk menghilangkan kesedihannya. Makanya kalau kamu lagi punya masalah dan kamu melihat ke arah bulan, perasaanmu terasa tenang, bukan.. Itu tugasku..”
Oooh.. Pantas, ini alasan kenapa ketika melihat bulan perasaanku tiba-tiba nyaman.. Kata Moel dalam hati.


ZIIIIP….
Pemandangan dimata Moel berganti. Bukan lagi di bulan sabit bersama Usagi Sailormoon melainkan kini ia berada di sebuah ruang kendali robot. Tepatnya robot Gundam bersama Kira Yamato.
“Nyasar darimana, kamu?” Tanya cowok itu dingin..
Moel itu nggak menjawab karena dia sedang menikmati pemandangan luar angkasa yang ada dihadapannya, robot itu sedang terbang dengan cepatnya. Kagum barangkali dia.
“Hei.. Penyusup!! Jangan sok manis deh..”
Barulah Moel sadar akan teguran itu. Ia juga melihat Kira Yamato dengan tatapan tidak percaya. “Waah—lebih tampan dari di komik..” ucapnya dalam hati.
“Jawab penyusup bodoh… Darimana kamu berasal.. Mau merusak ketenangan bumi, Hah?” teriaknya.
“Nggak—nggak, aku Cuma gadis kecil yang nggak tahu apa-apa yang tiba-tiba bertemu dengan gadis kutub anaknya Santa Claus dan tiba-tiba aku dibawa ke bulan bersama sailormoon dan sekarang aku nyasar ke luar angkasa bersama robot gundam dan Kira..”
Kira geleng-geleng dengan penjelasan anak kecil itu.
“Kamu ini pintar sekali bohong, bilang pakai acara ketemu anaknya santa claus, ketemu sailormoon di bulan. Aneh.” Omel Kira yang tetap konsen menjalankan robot gundamnya yang berjalan dengan cepat mengitari bumi. Mungkin untuk mengawasi bumi
Lalu tampak dari kejauhan ada bongkahan batu besar sekali.
“Sial.. Asteroid lagi, untuk hari ini ini asteroid ke 59.760.” katanya, lalu Kira menengok ke Moel. “Anak kecil, foto asteroid itu.. kameranya di kotak itu..” Moel pun menjalankan yang diperintahkan Kira. Habis—Kira dingin. Moel mengambil kamera lalu memotret asteroid itu dari ruang kendali.
“Sudah.” Katanya. “Siapa namamu?” “..Moel..” jawabnya lugu.
Lalu Kira memproses computer di depannya, dari intipan Moel sih, Kira mencatat asteroid yang tadi dipotret Moel dan memasukkannya ke arsip. Ternyata maksud Kira menanyakan nama Moel ialah, karena Kira menamakan asteroid itu Moel. Kaget juga sih
“Boleh aku lihat?” Tanya Moel. “Boleh. Lihat di computer sebelah sana. Sudah jangan ganggu aku. Aku harus berkonsentrasi..” Moel bergerak ke kanan sedikit dan dia mulai mengoperasikan computer, baru sebentar ia mengoperasikan computer, terdengar dentuman keras.
BBOOOUUM..
Getaran amat terasa, hingga Moel terjatuh.
“Apa itu?”
“Asteroid itu baru aku hancurkan, agar tidak merusak bumi..” Moel pun mulai berdiri dan mengoperasikan koputer lagi, ternyata computer itu isinya data-data tentang robot-robot gundam yang keren-keren itu serta pemilik robot-robot itu. Selain itu banyak sekali benda-benda langit tersimpan lengkap di computer itu. Termasuk asteroid Moel yang baru saja dihancurkan.
Yang membuat Moel menganga ialah disalah satu file terdapat hitung-hitungan ala Einstein, termasuk juga rumus aljabar yang amat dibenci Moel.
“Buat apa rumus-rumus nggak penting ini?” Tanya Moel.
“Nggak penting katamu? Dasar bodoh, bagi pengendali gundam, hitung-hitungan mudah itu sudah diluar kepala, kami membutuhkan itu untuk menghitng berapa diameter benda-benda langit yang ada, mengukur berapa kekuatan yang harus kami keluarkan untuk menghancurkan asteroid-asteroid yang akan kebumi. Juga untuk banyak hal…”
Moel menganga, ternyata ada gunanya juga belajar aljabar. Bahkan bagi pengendali gundam macam Kira saja, aljabar itu sangat penting. Kini pikiran Moel tentang aljabar berubah. Dia berjanji akan belajar giat, Kira saja mau berusaha keras menjaga bumi, sebagai balas budinya, Moel akan belajar sungguh-sunggguh agar pengorbanan Kira tidak menjadi sia-sia.
Tiba-tiba

ZZZZZIIIIINNGGGG…..

Pemandangan dihadapan Moel berganti lagi untuk ketiga kalinya. Kini ia berada di sapu terbang. Didepannya juga ada penyihir yang mengendalikan sapu terbang, baru satu kali ini, Moel melihat indahnya kota dari atas langit.
“Hei.. Hei.. Darimana asalnya kamu…”
“Aku nggak tahu…”
“Oh no no no. Sekarang aku paham, kamu mau mengikuti perjalanku bukan, kau mau jadi pengikutku, bukan.. Kikikikiiiikki..” tawa penyihir itu dengan lengkingan keras. Karena cukup kencang, Moel tak banyak bicara dan hanya diam saja sampil berpegangan erat dengan sapu terbang itu.
Tapi belum terlalu lama, penyihir itu berkata,
“Maaf nak. Malam ini aku akan kencan—jadi lain kali sajalah jalan-jalan kita..” dengan sengaja penyihir itu memutar sapu terbang 360 derajat dan menjatuhkan Moel, Moel berteriak ketakutan…
“Tuhan.. Aku belum mau mati..” teriak Moel.
Walaupun jatuh, tetapi Moel belum mati. Dia jatuh di tumpukan jerami di gerobak besar. Ia pun berdiri, pemandangan apa yang akan ia lihat setelah ini..? mengapa malam ini begitu aneh, kata Moel dalam hati. Mungkin karena tadi sebelum tidur aku belum berdoa, jadi aku mimpi aneh begini.
Lalu Moel keluar dari gerobak yang cukup besar itu.
Yang dilihatnya ialah suasana yang jauh sekali dengan kotanya yang gemerlap dengan cahaya lampu berkilau, gedung-gedung pencakar langit dan gemuruh mobil hilir mudik. Yang dilihatnya ialah kota kumuh, kotor, jorok, tanpa lampu ribuan watt dan nggak keren banget deh. Tidak hanya itu kota itu sepertinya dipenuhi oleh orang-orang sakit yang hanya ditaruh dipinggir jalan dan bau yang keluar dari orang-orang itu sangatlah menjijikkan.
Tetapi, diantara orang-orang yang sakit itu ada seorang tua renta yang merawat orang-orang di pinggir jalan itu. Maka, dihampirilah orang tua renta itu oleh Moel. Dan ternyata ia mengenal orang tua renta itu. Nenek tua itu Ibu Theresa.
“Bunda Theresa..?” teriaknya.
“Ya Nak, memang itu namaku. Apa badanmu sedang sakit..?”
“Tidak. Aku hanya penggemarmu, kumohon berbincang-bincanglah denganku sebentar. Kau itu ibu kebanggaan anak-anak.” Cerocosnya. Orang-orang disana memandangi Moel dengan tatapan aneh.
“Kau sakit, Nak? Tapi badanmu tidak panas..?” Ibu Theresa memegang dahi Moel
“Tidak Ibu. Aku ini memang penggemarmu..” Moel menarik-narik tangan Ibu Theresa. “Bagaimana mungkin kau mengenalku, mereka yang sakit pes dan aku rawat saja tidak mengenalku, dan sekarang kau berkata kau penggemarku, itu mustahil.” Jawab Ibu Theresa dengan penuh kelembutan.
“Hei, Suster, sudahlah acuhkan saja anak ngaco itu. Aku masih butuh perhatianmu.. Lihat penyakit ini sudah hampir membuatku mati..” kata seorang bapak-bapak tua yang memang kakinya penuh dengan borok dan baunya amat menyengat.
Tapi, dengan penuh kelembutan, Bu Theresa, merangkul Moel dan berkata, “Jangan begitu, mungkin anak ini teringat dengan ibunya yang mungkin memiliki nama yang sama denganku dan ia sedang berkhayal.” Katanya, “Nah, Nak, kalau kau mau, Bantu aku melayani orang-orang ini..” dalam hati Moel berkata, mana mungkin aku berkhayal, sedang nama ibuku saja Samantha. Berbeda jauh dengan Bu Theresa. Karena tidak mau membuang kesempatan emas untuk memandangi wajah lembut Ibu Theresa, Moel mengangguk dan ikut membantu pekerjaan Ibu Theresa.
Disanalah ia belajar banyak. Bahwa, hidup itu perjuangan. Tinggal bagaimana usaha manusia untuk bertahan dalam hidupnya dan bagaimana usaha mereka untuk membuat hidup mereka lebih berharga dan berwarna. Juga hidup itu pilihan. Bu Theresa memilih untuk melayani walau ia tidak terkenal, namun dia akan tetap dikenang.
Moel benar-benar membantu orang yang kena penyakit sampar dan pes disana. Dan pendapatnya tentang hidup berubah setelah hari itu. Ia tidak akan mengeluh lagi hanya karena tugas aljabar harus dikumpulkan sehari sebelum malam natal.


ZZZZZUUUUMMMM

Moel mengucek-ucek mata. Ia bangun dari tidurnya. Akhirnya mimpi aneh itu selesai sudah.
Tuh`kan ini gara-gara aku nggak berdoa sebelum tidur. Moel memutuskan untuk berdoa dan semoga ia nggak mimpi aneh-aneh lagi. Dia memejamkan mata, membuat tanda salib dan berdoa. Setelah itu, ada sesuatu yang mengganjal perasaannya.
“Disamping ranjangnya, terdapat bongkahan batu bara kecil, juga bongkahan batu seperti batu dari bulan ketika ia berpetualang ke bulan dan bertemu Usagi. Selain itu ia menemukan juga perban yang tadi ia gunakan saat menoolong orang yang kena penyakit sampar saat membantu Ibu Theresa.

Jadi, Gadis Kutub itu nyata…?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar